Minggu, 15 Agustus 2010

TERIMA KASIH



Ucapan atau ungkapan ‘terima Kasih’ adalah ungkapan yang sangat luar biasa. Berarti kita menerima ‘Kasih’. Dalam apapun bentuk-Nya.

Tapi biasanya kita berterima Kasih karena mendapatkan suatu ‘yang kita anggap’ keuntungan buat kita. Jarang kita mengucapkan ‘terima Kasih’ atas ‘sesuatu yg kita anggap’ musibah atau ‘sesuatu yang kita anggap’ merugikan kita. Dan dari pengalaman saya, keuntungan dan kerugian hanyalah anggapan kita saja. Cuma perkiraan kita. Kita mengira sesuatu hal menguntungan kita dan kita mengira sesuatu hal lain merugikan. Itulah permainan mind yang masih sibuk menghitung untung dan rugi.

Kita jadi orang kaya dan lebih mudah berterima Kasih untuk hal itu, siapa bilang…? Anak orang kaya lahir jadi kaya. Dia sudah terbiasa dengan kekayaannya sampai bisa lupa untuk berterima Kasih atas fasilitas hidupnya yang mapan. Belum tentu juga kan!? Sialnya lagi kalau jadi orang miskin (lagi-lagi ini juga sebuah anggapan bahwa miskin itu kesialan :p). Tapi malah banyak juga saya temukan orang miskin adalah orang-orang yang pandai bersyukur, berterima Kasih. Dan kalau ada orang miskin dan tidak berterima Kasih atas kemiskinannya, bagaimana? Wajarkah itu? Hag hag hag :))

Kenyataannya bahwa Hidup adalah suatu misteri agung sudah tak dapat dipungkiri lagi. Dan saya nyakin bahwa kita selalu dalam posisi yang diuntungkan. Walau apapun anggapan kita tentang-Nya, rugi… untung… tetap saja kita selalu diuntungkan! Tentu lagi-lagi inipun sebuah anggapan. Setidaknya anggapan saya tentang Hidup. Anggapan yang lahir dari secuil pengalaman saya dalam menjalani Hidup yang tak kan pernah berakhir (anggapan lagiiii… mungkin jugakah Hidup ada akhirnya???) Kalau anda menganggap Hidup malah merugikan itupun anggapan anda. Kalau katanya (kate siape yeee?) kita berasal dari Dia, berjalan dalam Dia, dan akan kembai pada-Nya, berarti ngapain kita? Buang waktu saja! Atau jadi kelinci percobaan? Jadi mainan-Nya? Sehingga Dia bisa tertawa terkekeh-kekeh di atas singgasana-Nya? Kita rugi dong… Kecuali kalau kita suka kalau Dia tertawa. Kecuali kalau kita Cinta Dia, itu baru untung! Atau malah sudah tak memikirkan itu untung atau rugi.

Baru tadi pagi di sebuah kantor Kecamatan, seorang ibu mengucapkan terima Kasih pada petugas yang ‘melayani’nya dalam pembuatan KTP. Padahal saya tahu petugas kecamatan itu tidak ‘melayani’ sepenuh hati. Tidak ada senyum, dengan ekspresi yang datar. Belum lagi ibu tersebut masih kena denda karena keterlambatan masa berlaku KTP sebesar Rp250.000,- Tapi uluran tangannya untuk menyalami petugas dan senyumnya yang sangat ramah dengan sorot matanya yang menyala-nyala seperti mencairkan hati si petugas yang kaku tanpa ekspresi itu. “Terima Kasih, paaaak!” serunya . Eh eh eh… petugas kecamatan itu ketularan virus ceria ha ha ha ha walau masih agak wagu tur lucu

Saya menyaksikan keluguan rakyat yang bagi saya sangat spiritual tadi pagi. Terima Kasih… walau apapun yang terjadi. Saya nyakin ibu tersebut sangat untung dan dalam posisi yang beruntung karena ketulusannya berterima Kasih, hatinya dijauhkan dari perasaan ngresulo atau sakit hati… iya kan? Terima Kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar